Text
Rumah dambaan buruh migran perempuan
Salah satu dampak dari hasil kerja buruh migran perempuan Indonesia yang mudah terlihat mata adalah bangunan rumah-rumah keluarga buruh migran. Tim Studi Buruh Migran Perempuan-Bank Dunia, Jakarta, dalam penelitian yang telah dilakukannya melihat bahwa rumah – bukan hanya mencerminkan hasil dari migrasi—tetapi juga merupakan motivasi utama kepergian buruh migran perempuan (BMP). Banyak –atau bahkan hampir semua— BMP yang terlibat dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa keberangkatan mereka ke luar negeri dilandasi oleh keinginan membangun rumah. Kendati banyak kesulitan dihadapi di luar negeri, kesulitan yang tidak kecil yang bahkan mengancam keselamatan dan kehormatannya, selama bangunan rumah belum selesai, mereka akan terus kembali bekerja dan bekerja lagi di luar negeri. Rumah biasanya baru dapat mulai dibangun oleh buruh migran setelah mereka bekerja di luar negeri lebih dari tiga periode (6 tahun bekerja). Ada yang beruntung bisa membangun setelah dua kali berangkat kerja di luar negeri (4 tahun); terlalu jarang yang mampu membangun rumah dari hasil kerja dua tahun; tidak sedikit juga yang hanya bisa tercenung karena bangunan rumah yang diidamkan tak kunjung bisa diwujudkan meski telah berkali-kali mencoba peruntungan bekerja di luar negeri. xii Sebenarnya soal rumah ini bukanlah fokus utama penelitian Tim Studi BMP-Bank Dunia di empat tempat yang dipilih sebagai lokasi penelitian, yaitu Kabupaten Sukabumi, Malang, Lombok Tengah dan Bone. Fokus utama penelitian itu adalah soal remitansi buruh migran dan dampak sosial migrasi. Sejumlah wawancara mendalam maupun diskusi kelompok terfokus dengan BMP, keluarganya dan masyarakat desa yang dilakukan pada tahun 2004 pun hanya diarahkan untuk mendapatkan data-data seputar fokus penelitian tersebut. Namun di tengah dan di saat-saat setelah penelitian itulah Tim Studi BMP-Bank Dunia dihadapkan dengan kenyataan bahwa rumah adalah bagian dari persoalan sentral buruh migran perempuan dan keluarganya. Dari kenyataan inilah, tim penyunting berupaya menyajikan gambaran yang lebih utuh tentang dinamika buruh migran mewujudkan impiannya membangun rumah. Dalam mengejar mimpi itu, ada BMP yang mujur ada pula yang menemui kemalangan. Alih-alih mendapatkan rumah baru yang lebih bagus, mereka malah terlempar jauh dari rumahnya sendiri, kehilangan rumah yang telah ada sebelumnya. Tidak sedikit dari mereka yang berhasil, tetapi tidak sedikit juga yang tertipu dan teraniaya hebat. Keragaman pengalaman ini sungguh merupakan sebuah pelajaran yang amat berharga baik untuk diri sendiri, anggota keluarga, maupun komunitas, terutama bagi mereka yang hendak bermigrasi kembali agar dapat memetik hikmah dan tidak terus menerus terantuk pada batu yang sama atau terjeblos pada persoalan yang serupa.
KP.X.000074 | KP.X KRI r | My Library | Available |
KP.331.62/KP.X.00007 | KP.331.62/KP.X.KRI r | Perpustakaan Komnas Perempuan (Perpustakaan Komnas Perempuan) | Available |
No other version available