Text
Perburuan Emas: Rencana Penambangan Blok Wabu Berisiko Memperparah Pelanggaran HAM di Papua
Di Papua, salah satu cadangan emas terbesar di Indonesia yang teridentifikasi terletak di wilayah yang dianggap sebagai hotspot
pelanggaran yang dilakukan oleh pasukan keamanan pemerintah. Masyarakat adat Papua melaporkan adanya kekerasan yang dilakukan oleh aparat keamanan dan berbagai pihak
pembatasan terhadap kehidupan publik dan pribadi, seperti pembatasan pergerakan dan bahkan penggunaan alat elektronik
perangkat. Pengumuman pemerintah Indonesia mengenai niatnya untuk mengeksploitasi cadangan yang sangat besar ini menimbulkan kekhawatiran
risiko yang signifikan terhadap hak asasi masyarakat adat Papua, yang sudah terancam oleh ketidakamanan dan penindasan.
Emas tersebut terletak di Blok Wabu di Kabupaten Intan Jaya, di dataran tinggi tengah provinsi Papua. Itu
wilayah tersebut dihuni oleh masyarakat asli Papua, sebagian besar berasal dari suku Moni, dan tetap mendominasi
ditutupi oleh hutan. Menurut perkiraan resmi, Blok Wabu menampung sekitar 8,1 juta ons
emas, menjadikannya salah satu dari lima cadangan emas terbesar yang diketahui di Indonesia.
Sejak akhir tahun 2019 konflik bersenjata yang telah berlangsung selama puluhan tahun antara kelompok pro-kemerdekaan Papua dan
Pasukan keamanan Indonesia semakin meningkat intensitasnya di Kabupaten Intan Jaya. Pada bulan Oktober 2019, anggota
Organisasi Papua Merdeka (Organisasi Papua Merdeka – OPM), sebuah kelompok bersenjata pro-kemerdekaan Papua,
membunuh tiga tukang ojek di Kabupaten Intan Jaya dengan tuduhan mata-mata.
Sejak saat itu, pemerintah Indonesia telah meningkatkan kehadiran pasukan keamanan secara signifikan
Kabupaten Intan Jaya. Misalnya, saat ini terdapat 17 pos keamanan di distrik Sugapa (ibu kota
Kabupaten Intan Jaya) yang sebelum bulan Oktober 2019 hanya ada dua.) Peningkatan ini juga diiringi
dengan pembunuhan di luar hukum, penggerebekan dan pemukulan yang dilakukan oleh tentara dan petugas polisi sehingga menimbulkan generalisasi
lingkungan yang penuh kekerasan, intimidasi, dan ketakutan. Masyarakat adat Papua melaporkan bahwa mereka kini menghadapi pembatasan
melakukan aktivitas sehari-hari yang biasa dan banyak yang merasa terpaksa meninggalkan komunitasnya demi
keamanan kota lain atau hutan.
KP V.3 003 | 627.8 IND P | Perpustakaan Komnas Perempuan (Perpustakaan Komnas Perempuan) | Available |
No other version available