Text
Gadis Pantai
Novel Gadis Pantai menceritakan seorang gadis pantai yang masih berumur empat belas tahun. Kehidupan sehari-harinya menumbuk udang, dan membenahi jala untuk mencari ikan di laut. Suatu ketika, ada seorang utusan menemui ayah Gadis Pantai karena diutus untuk meminta anaknya dinikahkan dengan Bendoro. Ayah gadis pantai menyetujuinya. Gadis pantai dinikahkan dengan keris karena Bendoro berhalangan hadir. Hari berikutnya, Gadis Pantai diajak ke istana di daerah Jepara dengan pakaian kebaya dan kalung tipis menghiasi lehernya. Gadis Pantai terlihat sangat anggun. Bersama keluarga, lurah kampung, dan sanak saudara, mengendarai dokar yang telah dipesan oleh Bendoro. Setiba di istana, hanya lurah kampung yang diizinkan masuk untuk menemui Bendoro. Setelah keluar, ia meninggalkan Gadis Pantai di istana. Gadis pantai diantarkan ke kamarnya, sedang ayah pulang keesokan hari dan ibunya tinggal beberapa hari.
Ketika berada di istana, Gadis Pantai ditemani oleh bujang paruh baya. Setiap hari ia diajari macam-macam pekerjaan. Ia juga ceritakan dongeng, dan diajari berdandan. Gadis pantai dipanggil dengan sebutan Mas Nganten. Ia mulai terbiasa dengan suasana istana yang sepi dan hanya melakukan kegiatan mengaji, mengecek keadaan dapur, berdandan dan melayani Bendoro ketika pulang. Bujang yang biasa menemaninya harus pergi meninggalkan istana akibat ada suatu kejadian di istana. Mas Nganten merasa sedih, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena semua keputusan ada di tangan Bendoro. Pengganti bujang adalah Mardinah, dipilih oleh Bendoro karena mereka masih memiliki hubungan kekerabatan. Mas nganten diberi izin oleh bendoro untuk menjenguk keluarganya yang berada dipinggir pantai. Ia diantar menggunakan dokar ditemani oleh Mardinah. Setiba di rumah, Mas Nganten disambut dengan meriah oleh warga. Mereka makan bersama menggunakan bahan-bahan yang telah dibawa oleh Mas Nganten.
KP. 899.22-KP XX.000 | KP. 899.22 -KP XX TOE g | Perpustakaan Komnas Perempuan | Available |
No other version available