Text
Liputan Media Kongres Ulama Perempuan Indonesia
Mengapa Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) ini, diadakan di Cirebon? Demikian pertanyaan seorang kolega. Setidaknya ada tiga hal, aku mencoba menjawab. Pertama, Cirebon memiliki kesiapan kultural untuk mendukung KUPI, karena dihuni ratusan pesantren NU yang meyakini kebersatuan nilai keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan. Nilai yang menjadi motto KUPI. Kedua, karena ada Pesantren Kebon Jambu yang dipimpin seorang perempuan yang telah mendakwahkan keadilan dan kesetaraan laki-laki dan perempuan hampir satu dekade ini. Ketiga, karena ada Fahmina yang sejak dilahirkan telah memiliki DNA keislaman yang adil gender dalam seluruh degup jantung kegiatanya dan derap langkah gerakannya. Orang-orang yang menyokong KUPI, terutama dari wilayah lokal Cirebon, baik dari kalangan pesantren, perguruan tinggi, aktivis, maupun masyarakat umum, adalah mereka yang terlibat dengan kerja-kerja Fahmina sejak awal 2000-an dan memiliki ikatan emosional serta kultural. Karena dua alasan pertama sudah dielaborasi dalam Dokumen Proses dan Hasil KUPI, tulisan ini akan sedikit mengelaborasi fondasi KUPI dalam kelembagaan Fahmina. Fahmina dilahirkan dan digerakkan oleh para alumni Pesantren yang meyakini sumber pengetahuan dan tradisi pesantren sebagai dasar transformasi sosial Bangsa Indonesia ke arah yang lebih adil dan sejahtera. Sejak awal berdiri, akhir tahun 2000, kerja-kerja Fahmina selalu bersama komunitas Pesantren dalam melakukan pemberdayaan dan penguatan masyarakat dengan pijakan pengetahuan dan tradisi yang dimiliki Pesantren. Isu-isu penguatan komunitas, demokrasi, hak asasi manusia, pluralisme, dan keadilan gender yang diusung Fahmina selalu didialogkan dengan bangunan
KP II 000251 | KP II ROS l | My Library | Available |
No other version available