Text
Bung Karno & Sosiodemokrasi Di Indonesia
Betapapun, dalam demokrasi borjuis, kaum proletar tetap tertindas. Bung Karno pun mengutip pemikiran seorang sosialis Perancis, Jean Jaurès. Katanya, di dalam demokrasi borjuis, semua proses pembuatan Undang-Undang, termasuk pengaturan soal perburuhan, ditentukan oleh kaum borjuis. Sudah begitu, ungkap Jean Jaures, kaum kapitalis selalu mendominasi parlemen. Maklum, untuk mengikuti pemilihan, setiap orang harus melakukan kampanye dan propaganda. Dan, seperti anda ketahui, dalam masyarakat kapitalis, semua alat propaganda dikuasai oleh klas kapitalis: sekolah, tempat ibadah, surat kabar, universitas, dan lain-lain. Kaum borjuis pula yang mengontrol produksi pengetahuan. Dengan kekuasaan modalnya, mereka bisa membeli panitia pemilihan. Bahkan, kapitalis juga bisa membeli suara rakyat yang terjepit kemiskinan. Alhasil, tanpa gerakan politik klas buruh yang kuat, parlemen akan dikuasai sepenuhnya oleh kaum borjuis. Kritik Bung Karno ini tidaklah baru. Tan Malaka, pada tahun 1921, melalui risalah berjudul “Parlemen atau Soviet?”, melontarkan kritik pedas terhadap sistem parlementer. Menurut Tan Malaka, pemenang dalam pemilihan ditentukan dari kuatnya partai. Dan, menurut dia, partai terkuat di eropa dan AS adalah kaum modal.
KP XXI.000245 | KP XXI SUP b | My Library | Available |
No other version available