Text
Jurnal Perempuan 71: Perkosaan dan Kekuasaan
Perkosaan adalah konspirasi politik patriarkis. Di dalam tindak perkosaan, perempuan diobyekkan sebagai mangsa yang tak mungkin melawan. Ia adalah milik mutlak sang predator. Psikologi ini memang bekerja dalam niat pemerkosa. Pada tindak kejahatan lain, perampokan misalnya, dengan korban perempuan, si perampok tetap menghitung korbannya sebagai obyek yang mungkin melawan. Tetapi pada tindak perkosaan, motif dasarnya adalah penguasaan tubuh perempuan sebagai hak alamiah laki-laki. Di situ kekuasaan patriarki dipraktekkan langsung secara material, dalam bentuk penghinaan, penyerangan, penaklukan, dan kekerasan. Tubuh perempuan menjadi lokasi alamiah pelaksanaan kekuasaan. Itulah sebabnya Poseidon tak mungkin bersalah. Alam melindunginya. Pelembagaan politik kekerasan ini lalu dibenarkan oleh tafsir- tafsir kebudayaan misoginis. Dan diskursus misoginis inilah yang terus direproduksi oleh institusi-institusi anti kesetaraan. Mulai dari visualisasi media, proses interogasi aparat penegak hukum, narasi undang-undang, sampai pada analisis para profesional, pelecehan terhadap perempuan bahkan tetap berlangsung. Perkosaan dihadirkan sekaligus sebagai kejahatan plus sensasi seksualnya.
KP XVIII.000211 | KP XVIII JUR p | My Library | Available |
No other version available