Perpustakaan Komnas Perempuan

  • Home
  • Information
  • News
  • Help
  • Librarian
  • Member Area
  • Select Language :
    Arabic Bengali Brazilian Portuguese English Espanol German Indonesian Japanese Malay Persian Russian Thai Turkish Urdu

Search by :

ALL Author Subject ISBN/ISSN Advanced Search

Last search:

{{tmpObj[k].text}}
Image of Perempuan yang terpuruk: kehamilan yang tidak dikehendaki di kalangan pengungsi

Text

Perempuan yang terpuruk: kehamilan yang tidak dikehendaki di kalangan pengungsi

Susi Eja Yuarsi - Personal Name;

Berada di tempat pengungsian bagi perempuan adalah satu penderitaan tersendiri. Kehamilan yang tidak dikehendaki adalah salah satu masalah yang harus dihadapi. Tidak saja perempuan yang sudah menikah, yang belum menikah pun beresiko sama mengalami kehamilan.
Perempuan pengungsi menghadapi berbagai permasalahan ketika mereka tinggal di pengungsian. Kehamilan tidak dikehendaki merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh perempuan pengungsi. Fasilitas kesehatan dan KB di tempat tujuan yang secara umum lebih baik dibandingkan dengan fasilitas di daerah asal tidak mampu diakses karena berbagai sebab. Sebab-sebab itu di antaranya adalah masalah keterbatasan finansial dan kesibukan mereka menata hidup di pengungsian serta mempersiapkan rencana kehidupan jika tidak lagi tinggal di pengungsian. Hal ini menjadi salah satu penyebab terjadinya kehamilan tidak dikehendaki di kalangan pengungsi perempuan menikah. Selain itu, relasi gender yang menempatkan perempuan sebagai pihak pasif dan cenderung menuruti kemauan pasangan dalam berhubungan seks menjadi salah satu munculnya permasalahan tersebut. Remaja perempuan yang belum menikah tidak terlepas dari permasalahan kehamilan tidak dikehendaki. Intensitas pergaulan remaja laki-laki dan perempuan selama tinggal di pengungsian menjadi salah satu pemicu munculnya kasus kehamilan tidak dikehendaki. Tinggal di pengungsian cukup.

lama secara tidak langsung juga mengakibatkan melonggarnya norma yang dianut. Kondisi tersebut mempengaruhi pola pergaulan dan permisivitas di kalangan remaja dan secara tidak langsung berpengaruh pada munculnya kasus kehamilan tidak dikehendaki. Kehamilan tidak dikehendaki pada umumnya mendatangkan kegelisahan dan kecemasan pada yang mengalaminya. Bagi perempuan menikah, gambaran sulitnya melahirkan dan membesarkan anak di pengungsian menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut. Di kalangan perempuan yang belum menikah, kecemasan diperparah oleh kekhawatiran bahwa mereka akan ditinggalkan dan tidak dinikahi oleh pasangannya. Dalam menghadapi kehamilan tidak dikehendaki, perempuan merupakan pihak yang paling aktif dalam mencari penyelesaiannya. Hal itu disebabkan peran gender telah menempatkan perempuan ke posisi sulit dan seolaholah paling bertanggung jawab dalam pemeliharaan kehamilan dan pengasuhan anak. Oleh karena itu, sebagian perempuan berupaya untuk menggugurkan kandungannya agar terhindar dari kesulitan dalam jangka panjang. Berbagai cara dilakukan untuk mengakhiri kehamilan, di antaranya dengan minum obat-obatan, dengan mengkonsumsi ramuramuan tradisional, atau dengan pijat tradisional. Peran pasangan (suami atau pacar) dalam mengupayakan pengguguran kandungan hampir tidak ada. Bahkan, di kalangan perempuan menikah, sebagian besar tidak menginformasikannya kepada suami. Mereka beranggapan bahwa menginformasikan hal itu kepada suami tidak

bermanfaat karena yang akan diterima hanyalah kemarahan atau larangan untuk melakukannya. Tanggapan semacam itu bagi perempuan yang mengalami kehamilan tidak dikehendaki dianggap bukan jalan keluar yang meringankan, namun justru memberatkan mengingat perempuanlah yang mengalami kesulitan jika harus meneruskan kehamilannya. Upaya untuk mengurangi kasus kehamilan tidak dikehendaki sejauh ini dilakukan melalui pendekatan agaman. Hal ini terutama dilakukan untuk mengeliminasi kasus kehamilan tidak dikehendaki di kalangan perempuan yang belum menikah. Upaya tersebut perlu diperkuat dengan sosialisasi masalah kesehatan reproduksi di kalangan remaja secara lebih intens. Pemahaman yang lebih baik mengenai masalah seks dan kesehatan reproduksi dimaksudkan agar menghindarkan remaja dari perilaku yang berisiko, khususnya risiko mengalami kehamilan tidak dikehendaki. Berbeda dengan kasus kehamilan tidak dikehendaki di kalangan remaja, di kalangan perempuan menikah munculnya kasus tersebut antara lain disebabkan tidak adanya pelayanan KB di tempat pengungsian. Pemberian layanan KB secara jemput bola bermanfaat bagi perempuan pengungsi untuk menghindarkan diri dari kehamilan tidak dikehendaki.


Availability
KP.IX.000153KP.IX YUA pMy LibraryAvailable
Detail Information
Series Title
-
Call Number
KP.IX YUA p
Publisher
Yogyakarta : Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gajah Mada., 2005
Collation
xvii, 89 hal : ilus. ; 21 cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
9793969040
Classification
KP.IX
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Kesehatan reproduksi
Perempuan dan pengungsian
Kehamilan
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility
-
Other version/related

No other version available

File Attachment
Comments

You must be logged in to post a comment

Perpustakaan Komnas Perempuan
  • Information
  • Services
  • Librarian
  • Member Area

About Us

Perpustakaan Komnas Perempuan adalah tempat berkumpulnya bahan pustaka mengenai Jender, Perempuan, Kekerasan terhadap Perempuan dan informasi lain.

Search

start it by typing one or more keywords for title, author or subject

Keep SLiMS Alive Want to Contribute?

© 2025 — Senayan Developer Community

Powered by SLiMS
Select the topic you are interested in
  • Computer Science, Information & General Works
  • Philosophy & Psychology
  • Religion
  • Social Sciences
  • Language
  • Pure Science
  • Applied Sciences
  • Art & Recreation
  • Literature
  • History & Geography
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Advanced Search