Text
Menolak subordinasi, menyeimbangkan relasi : beberapa catatan reflektif seputar islam dan gender
Persoalan yang menyangkut status dan perlakuan syari'ah terhadap perempuan di dunia Islam telah mendapat perhatian yang sangat luas, baik dari kalangan insider (muslim sendiri) ataupun outsider (sarjana-sarjana Barat). 1 Hal ini bermula dari sebuah fakta bahwa perempuan di negara-negara Muslim belum mendapatkan status "pen u h" dibanding laki-laki. Akibatnya, perempuan masih sering term arginalkan dalam berbagai sektor kehidupan . Berangkat dari situlah di kalangan pemikir muslim kemudian mu ncul pemikiran dan gerakan-gerakan yang menggugat ketidakadilan gen der, baik yang disuarakan oleh laki-laki, maupun oleh kalangan pere mpuan sendiri. 2 Gerakan-gerakan ini pada umumnya bertumpu pada satu semangat demi persamaan hak, peningkatan status dan peran sosial perempuan. Gerakan feminisme yang menuntut kesamaan gender se makin menemukan justifikasinya di negara-negara Muslim, tak terkecua li Mesir. lni dikarenakan isu utama yang diusung terkait dengan persoalan kesetaraan gender, peningkatan status dan peran wanita dalam masyarakat serta partisipasi wanita dalam ranah publik yang selam a ini didominasi oleh laki-laki, masih dianggap rendah di negara ini. Dalam konteks Mesir, gerakan feminisme memiliki akar historis yang panjang dan dimensi gerakan yang kompleks. Dimulai sejak akhir abad 19, gerakan ini sampai kini masih memiliki gaung yang luas, dan bahkan telah menjadi salah satu wacana yang sangat diperdebatkan. lni terjadi karena gerakan feminisme bersinggungan secara integratifkol aboratif dan kadang disintegratif-antagonstis secara langsung dengan isu-isu nasionalisme versus neokolonialisme, otentisitas budaya versu s westernisme, lslamisme versus sekulerisme dan masyarakat sipil versus negara
KP.II.-00135 | KP.II IND m | My Library | Available |
No other version available