Text
Pendangkalan Politik
Prakti k-praktik uang dalam politik telah semakin membebani rakyat, karena telah menjelma menjadi politik biaya tinggi. Dalam konteks inipun para politisi berlomba untuk memperoleh posisi kuasa baik di partai maupun posisi kepala daerah dengan kekuatan uang bukan program untuk kesejahteraan rakyat. Tarik-menarik untuk sampai pada kuasa politik, transaksi politik antarpartai menjadi agenda dari partai untuk ikut memiliki akses terhadap sumber keuangan negara melalui departmen maupun badan anggaran di DPR. Akibatnya koalisi untuk menuju ke kursi presiden pun lebih merupakan transaski politik, demikian pula dengan penentuan posisi mentri dalam kabinet.
Dalam kacamata Arie Sujito, perilaku elite partai dalam demokrasi di Indonesia merupakan hedonisme dalam dunia politik, saat pelakupelaku politik mabuk kuasa. Akses terhadap kekuasaan bukanlah untuk membuka akses kesejahteraan rakyat, namun lebih merupakan upaya untuk membobol uang rakyat untuk masuk kedalam keuangan partai maupun pribadi.
Perilaku politik transaksi dan demokrasi prosedural yang ti dak memperhatikan kesejahteraan rakyat, dalam hal ini telah menjadi ‘lubang hitam’ yang menyedot para politisi tanpa ideologi, kecuali pragmatisme, untuk berlomba-lomba membajak negara melalui prosedur demokrasi yang jauh dari fungsi menesejahterakan rakyat. Para politi si semakin membusuk di dalamnya, beserta partaipartai yang semakin jauh dari perjuangan rakyat. Dari situasi inilah dorongan untuk memunculkan politisi independen menjadi gairah dari politisi muda yang kurang percaya pada partai, karena politik telah semakin mengarah ke pembusukan.
Kekecewaan demi kekecewaan terhadap partai politik, dan kebuntuan demokrasi sebagai instrumen untuk mensejahterakan rakyat diamati oleh Arie Sujito dengan munculnya ormas yang ‘go politi c’. Peran mereka memang serba sulit, karena bukan partai politi k, namun keberadaan ormas itu sendiri jauh lebih tua dari partai, dan memiliki akar yang kuat di tingkat akar rumput. Peran mereka pada dasarnya hanya sebatas pesan moral berpolitik, yang mereka sampaikan dengan berbagai cara. Namun pesan moral mereka larut dalam pusaran politik yang memabukkan, sehingga kebermaknaannya tidak telalu memberi harapan pada kita semua.
Ketika kesejahteraan rakyat tidaklah secara serta merta dapat tercapai melalui demokrasi, prakti k korupsi yang dibongkar oleh KPK semakin menyeruak ke tingkat permukaan. Badan Anggaran yang merupakan arena pertempuran posisi politik antar partai bekerja melalui uang APBN Perubahan. Di arena itulah negosiasi, koalisi, bahkan konfrontasi berlangsung, termasuk pencomotan posisiposisi menteri yang bermuara dari partai. Posisi itu bukan sekedar jabatan karena prestasi, namun lebih merupakan ujung dari berbagai kesepakatan politik dan uang. Oleh karena itu ketika KPK diserang habis-habisan oleh anggota parlemen, perlu untuk dibaca sebagai fenomena ketidaksukaan elit politik dan oligarki karena diusik sumberdayanya.
KP XXI.000230 | KP XXI SUS p | My Library | Available |
No other version available