Text
Merangkul perbedaan : perangkat untuk mengembangkan lingkungan inklusif, ramah terhadap pembelajaran
Bagi sebagian besar anak di beberapa negara, hukuman fisik merupakan pengalaman yang biasa mereka dapati di kehidupan persekolahan walaupun tindakan tersebut merupakan bentuk kekerasan terhadap anak. Hukuman fisik merupakan kekerasan yang dilakukan secara sengaja pada anak dan dilakukan dalam skala yang amat besar. Namun demikian di banyak negara, masih terdapat peraturan pembelaan bagi guru yang memukul atau menendang siswa. Bagaimanapun, hukuman fisik sudah terbukti tidak efektif dan untuk jangka panjang dapat menyebabkan anak merasa malu, bersalah, gelisah, agresif, tidak mandiri, dan kurang peduli pada teman-temannya yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah yang justru lebih besar baik bagi guru, wali anak, maupun anak-anak lain.Salah satu alasan utama mengapa hukuman fisik masih diterapkan adalah ketidakpahaman guru bahwa penerapan hukuman fisik sama sekali berbeda dengan penerapan “kedisiplinan”. Hukuman fisik ditujukan semata untuk mencegah anak mengulangi hal yang sama sedangkan teknik-teknik kedisiplinan positif ditujukan agar anak mendapatkan sebuah pembelajaran yang baru, perilaku yang benar tanpa harus mengalami ketakutan akan kekerasan. Alasan lain adalah sebagian besar guru tidak pernah mendapatkan pembelajaran mengapa anak bertingkah laku tidak benar dan bagaimana menerapkan kedisiplinan pada anak berdasarkan perilakunya tersebut. Pada umumnya, ketika anak-anak merasa bahwa kebutuhan atau keinginan mereka tidak terpenuhi misalnya, kebutuhan akan perhatian, maka mereka akan berperilaku negatif. Rasa frustrasi yang menyebabkan perilaku anak yang tidak wajar dan minimnya kemampuan untuk menangani hal tersebut menjadikan beberapa guru bertindak keras terhadap anak dan memberikan hukuman fisik atau caci maki sebagai bentuk hukuman emosional bagi anak
KP.IV.5.00020 | KP.IV.5 IND t | My Library | Available |
No other version available