Text
Hidup dalam kerentanan : narasi kecil keluarga difabel
Buku ini merupakan sebuah karia tulis ilmiyyah yang disusun oleh SIGAB (Sasana Integrasi dan Adfokasi Difabel) yang menyoroti kerentanan 10 keluarga difabel dalam ranah ekonomi, politik, sosial, pendidikan dan hukum. Akar masalah yang diambil dalam penyusunan buku ini sebenarnya adala implementasi UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang menggunakan indikator kemiskinan sebagai acuan penentuan masyarakat penerima jaminan sosial yang sudah disiapkan oleh pemerintah, baik itu JAMKESOS MAUPUN JAMKESDA. Serangkaian aktitas penelitian yang dikoordinatori oleh Ishak Salim dan M. Sya’ie ini memotret lebih dekat mengenai kehidupan 10 keluarga difabel dengan kondisi divabilitas beragam dalam menjalani kehidupan sosial bermasyarakat yang bersifat heterogen dan dinamis. Hal yang disoroti adalah kerentanan sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh hambatan dan kendala divabilitas dari kesepuluh keluarga difabel objek penelitian ini. Hal yang menarik dari buku ini adalah digunakannya indikator kerentanan untuk memberikan solusi bagi permasalahan
yang dihadapi oleh masyarakat difabel terutama diranah kehidupan sosial karena indikator kemiskinan diangap tidak relevan serta semakin menyisihkan masyarakat difabel dari hak-hak mereka sebagai manusia seutuhnya dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Salah satu hal yang menarik dari buku ini adalah pernyataan awal yang dilontarkan oleh penyusun di bagian awal buku ini adalah “mengukur kemiskinan sejauh ini adalah sebuah tindakan politik”. Tentunya, pernyataan ini memang sejalan dengan realitas kehidupan para elit politik Indonesia baik yang sudah duduk ditahta pemerintahan, maupun yang akan bersaing memperebutkan tahta pemerintahan itu. Namun, para elit politik itu tidak menyadari bahwa, indikator kemiskinan yang mereka pakai untuk menciptakan negara sejahtera dan makmur itu sudah tepat? Hal inilah yang dikritisi dalam buku karia SIGAB ini. Dalam buku ini juga digambarkan bahwa indikator kemiskinan yang dipergunakan untuk merumuskan kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mewujudkan kemakmuran negara seperti jaminan sosial sering kali menimbulkan konik di tengah-tengah masyarakat karna data hasil survei dengan indikator kemiskinan ini tak sepenuhnya tepat sasaran. Sering kali keluarga 345 Muhammad Akbar Satriawan, Review Buku Hidup dalam Kerentanan, ...yang tergolong mampu mendapatkan jaminan sosial, namun keluarga yang tergolong dalam kategori miskin malah tak terjamah bantuan jaminan sosial ini. Hal ini berarti bahwa dalam menetapkan suatu kebijakan, pemerintah harus mencari indikator lain yang lebih tepat memecahkan permasalahan ini, atau melengkapi indikator kemiskinan dengan indikator lain yang bisa lebih pas untuk menjamah rakyat dalam mewujudkan bangsa yang sejahtera dan makmur
KP.IV.5.00014 | KP.IV.5 SAL h | My Library | Available |
No other version available