Text
Reformasi Gagal : Catatan Perjalanan Reformasi
TANPA terasa perjalanan reformasi kini sudah memasuki usianya yang ke-19 tahun. Ibarat manusia, ia sudah memasuki masa kedewasaannya. Namun, “bayi” reformasi yang lahir dari hasil perjuangan para “bidan” dari segala penjuru tanah air itu, kini tidak seperti yang dibayangkan semula. Ia tidak tumbuh sehat dan perkasa, melainkan penuh cacat, baik secara fisik maupun mental. Para bidan yang semula bahu membahu mengeluarkan si bayi dari rahim politik otoritarianistik, kini saling sikut-menyikut dan salah-menyalahkan satu sama lain. Akibatnya, jika dibiarkan terus maka reformasi yang penyakitan dan cacat ini akan semakin membusuk dan akhirnya mati.
Padahal kitsa semua tahu bahwa sebagai sebuah proyek, reformasi dalam dirinya membawa cita-cita besar tentang masa depan Indonesia yang lebih baik –demokratis dan berkeadilan sosial-ekonomi. Cita-cita tersebut tentu tidak datang begitu saja dari langit. Kehadirannya merupakan akumulasi dari riak-riak frustrasi sosial yang perlahan mengambil bentuknya dalam gelombang protes massa di berbagai tempat yang berpuncak pada ledakan aksi massa di bulan Mei 1998. Soeharto yang dikenal sebagai sang jagal besar pun akhirnya tak kuasa lagi membendung amarah massa yang begitu dahsyat. Sebagai dampaknya, sang tiran besar yang mengendalikan rezim dengan “tangan besi” selama kurang lebih 32 tahun itu tersungkur. Ia jatuh karena menabur bibit-bibit kehancurannya sejak awal.
Kristalisasi dari berbagai tuntutan para pendukung gerakan reformasi itu akhirnya menghasilkan enam tuntutan utama, kelak dikenal sebagai tuntutan reformasi. Keenam tuntutan tersebut adalah: pertama, penegakan supremasi hukum; kedua, pemberantasan KKN; ketiga, pengadilan mantan presiden Soeharto dan kroninya; keempat, amandemen konstitusi; kelima, pencabutan dwifungsi ABRI (TNI/Polri), dan; keenam, pemberian otonomi daerah seluas-luasnya.
KP.XXI-00060 | KP.XXI ZAI r | My Library | Available |
No other version available