Text
Indonesia di Jalan Restorasi : Politik Gagasan Surya Paloh
Di Indonesia, politisi-budayawan begini, barangkali terdapat pada masa Pemerintahan Soekarno. Sedangkan sejak Orde Baru hingga sekarang, politisi-budayawan ini langka sekali didapat. Umumnya pendekatan politisi Indonesia, yang adanya lebih banyak adalah les politiciennes, lebih menjurus ke pendekatan kekuasaan – pendekatan gampang dan memintas atau instan – pola pikir umum dominan di negeri ini. Pendekatan pintas ini menimbulkan pandangan bahwa kekuasaan sama dengan kebenaran, sehingga kritik dipandang sebagai meludahi muka yang dikritik. Setelah membaca buku Willy Aditya ini, di depan saya muncul seorang yang lain dari les politiciennes yang mendominasi dunia perpolitikan Indonesia. Seorang lain itu bernama Surya Paloh yang politisi tetapi juga seorang pemikir. Berapa banyak gerangan politisi-pemikir di Indonesia sekarang? Buku Willy Aditya memperlihatkan bahwa Surya Paloh ingin menjadi politisi-negarawan dengan konsep yang jelas. Tentu akan lebih pepak lagi apabila berkembang menjadi politisi-negarawan-budayawan. Di negeri-negeri Konfusionis seperti RRT, Viet Nam, ada tradisi bahwa seorang politisi ideal adalah yang negarawan, menguasai ilmu militer dan kebudayaan (sastra-seni). Mereka ini bukanlah orang-orang lulusan “tiga pintu” (pintu keluarga, pintu sekolah dan pintu kantor) tapi juga lulus dari ujian badai topan perjuangan massa, sehingga tertempa. Berapa banyak politisi di negeri ini yang demikian? Tuturan Willy Aditya, melukiskan Surya Paloh adalah figur yang demikian, walaupun begitu saya tetap ingin mencatat bahwa “daya tahan seekor kuda diuji dalam perjalanan jauh”. Kadar sesungguhnya seorang manusia baru bisa ditetapkan ketika nafas terakhir telah dihela. Sebab bisa saja sekarang seseorang itu berada “out of the box”, esok-lusa kita saksikan menjadi “man in the box”.
KP.XXI-00065-1 | KP.XXI WIL i | My Library | Available |
KP.XXI-00065-2 | KP.XXI WIL I | My Library | Available |
No other version available