Text
Jurnal perempuan 55 : Anak Jalanan Perempuan
Anak jalanan di Indonesia saat ini kian bertambah, di kota Bandung saja misalnya saat ini ada sekitar 4.000 anak jalanan (data: Kompas, 5 Juli 2007) Sementara itu, data dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Provinsi Banten mencatat saat ini masih terdapat 2.374 anak jalanan yang tidak mengenyam pendidikan. Bayangkan jika angka ini ditotalkan jumlah anak-anak jalanan di kota-kota besar lain di Indonesia. Di tahun 1998 Departemen Sosial sudah memperkirakan jumlah anak jalanan sudah mencapai 170.000 orang, apalagi saat ini? Permasalahan anak jalanan, selain menambahkan beban pembangunan, juga kian merumitkan persoalan trafiking/ perdagangan manusia di Indonesia. Tentu masih melekat di benak kita kasus anak jalanan korban mutilasi dari kota Bandung yang diduga Asep Ridwan Saefullah. Beberapa anggota tubuh korban seperti ginjal, hati, dan lainlain ternyatatelah hilang. Diduga ia adalah korban sindikat perdagangan organ tubuh manusia yang skalanya tidak hanya domestik namun juga internasional. Anak jalanan memang sangat rentan mengalami perdagangan, dikarenakan tidak terlindungi dengan semestinya. Masyarakat dan aparat penegak hukum kerap mencibir mereka dan justru menjadi bagian dari kekerasan yang mereka alami. Anak jalanan perempuan bahkan menanggung resiko jauh lebih berat ketimbang anak jalanan laki-laki, hasil penelitian Pusat Studi Wanita Universitas Diponegoro menggambarkan lebih dari 28 % anak perempuan di jalanan mengalami kekerasan seksual, diperdagangkan, dieksploitasi demi tujuan pornografi, serta kekerasan berbasis gender lainnya.
KP.XVIII.000030 | KP XVIII JUR a | My Library | Available |
KP XVIII.000030-01 | KP XVIII JUR a | My Library | Available |
No other version available