Text
Jejak Jender : pada budaya mbojo, Samawa, dan Sasak di Nusa Tenggara Barat
Sebagai upaya transformasi dan konstruksi sosial, perjuangan jender mutlak harus memperhatikan lokalitas. Buku ini berupaya menggali kearifan lokal pada tradisi tiga etnis di NTB, yaitu Mbojo, Suku Samawa, dan Suku Sasak, yang mendukung maupun yang bertentangan dengan isu kesetaraan laki-laki dan perempuan. Perkawinan adat Sasak memiliki keunikan tersendiri. Perkawinan yang dianggap paling ideal bagi masyarakat suku Sasak adalah Merariq. Keunikan di sini adalah pada pola dan tata cara prosesi perkawinannya. Seorang calon pengantin laki-laki harus berani melarikan gadis yang dia cintai untuk diajak menikah. Namun perkawinan berjalan gadis yang dilarikan tersebut di menyembunyikan untuk sementara sebelum syah menjadi istrinya. Gadis yang dilarikan tentu saja sudah saling mencintai, dan sepakat mengambil resiko untuk merariq. Dengan demikian, proses perkawinan ini dianggap syah setelah semua prosesi adat telah dilaksanakan dengan baik. Adapun rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: bagaimana bentuk perkawinan adat Sasak dan bagaimana pula prosesi perkawinan itu dilaksanakan. Metode yang diguna yakni, observsi, wawancara dan pustaka. Sedangkan teori yang digunakan yakni semiotika dan strukturalisme. Hasil dari penelitian ini, terungkap bahwa, terdapat bentuk pola perkawinan adat Sasak yakni: Merariq, belakoq, Kawin Nyerah Hukum, Kawin Tadong, dan Kawin Ngiwet. Sedangkan dalam prosesi perkawinannya memiliki tata cara yang kompleks dan berstruktur. Mulai dari midang sampai dengan perayaan nyongkol semua memiliki keterkaitan dalam sebuah perkawinan yang dilegitimasi oleh adat Sasak.
KP.II-00068 | INA.VII.41 ATU j | My Library | Available |
No other version available