Text
Dari Wasior, Mentawai, Sampai Merapi Perspektif Perlindungan Anak Dalam Situasi Darurat
Kajian tentang penanganan anak dalam masa tanggap darurat sangat jarang dilakukan. Kajian ini akan mencoba mengkaji salah satu pendekatan dalam memberikan layanan kepada anak-anak yang menjadi korban bencana alam yaitu pendekatan berbasis hak. Kajian ini akan memberikan landasan konseptual dan teoritis dalam merancang dan melaksanakan program penanganan anak. Pendekatan ini menekankan pada upaya pemenuhan hak anak melalui partisipasi dari semua pemangku kepentingan baik dari unsur pemerintah maupn non-pemerintah seperti lembaga swadaya masyarakat, perusahaan dan masyrakat. Pendekatan berbasis hak mengacu pada Konvensi PBB tentang Hak Anak dan Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Berdasarkan dua perundangundangan tersebut ada lima kluster atau kelompok hak anak yang harus dipenuhi dalam masa tanggap darurat yaitu Hak sipil dan kemerdekaan, Lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif, Kesehatan dan kesejahteraan dasar, Pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya dan Perlindungan khusus. Rentetan bencana alam yang melanda bangsa Indonesia enam tahun terakhir, mulai dari gempa dan tsunami di NangroAceh Darussalam (NAD) pada Bulan Desember 2004, diikuti dengan bencana Gempa Bumi di Pangandaran, Yogyakarta, Sumatra Utara, Banjir Bandang di Wasior, Gempa dan Tsunami di Mentawai sampai dengan letusan gunung merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah tanggal 26 Oktober 2010, menunjukkan bahwasanya Indonesia adalah salah satu Negara yang rawan bencana alam. Bencana-bencana tersebut, selain menelan korban jiwa, juga menghancurkan sebagian besar infrastruktur, permukiman, bangunan-bangunan pendidikan, kesehatan, keamanan, sosial, dan ekonomi, serta mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat, termasuk kondisi psikologis dan tingkat kesejahteraan. Salah satu kelompok yang paling rentan terdampak bencana alam adalah anak-anak karena secara fisik dan mental masih dalam pertumbuhan dan masih tergantung dengan orang dewasa. Mengalami kejadian yang sangat traumatis dan mengerikan akibat bencana seperti gempa bumi dan letusan gunung merapi dapat mangakibatkan stress dan trauma mendalam bagi anak bahkan orang dewasa sekalipun. Pengalaman trauma yang dialami anak tersebut kalau tidak diatasi segera akan berdampak buruk bagi perkembangan mental dan sosial anak sampai dewasa.
KP.IV.6.000120 | KP.IV.6 SUP d | My Library (Perpustakaan) | Available |
No other version available