Text
Sejarah Rempah Dari Erotisme sampai Imperialisme
Lada, pala, cengkih, merica, kapur barus, jahe, ketumbar, jintan; sungguh tidak disangka bahwa bahan-bahan yang biasa kita temukan di dapur ini ternyata memiliki sejarah yang sangat panjang. Tidak sedikit darah yang tumpah, uang yang dihabiskan, emas dan permata yang digadaikan demi mendapatkan sejumput lada atau beberapa ons pala.
Sejarah telah membuktikan bahwa pencarian rempah-rempah bangsa Eropa ke pusatnya di Maluku turut menjadi awal dari babakan sejarah yang kemudian mengharu-biru perjalanan bangsa kita: penjajahan. Kisah penjajahan ini dimulai dari Portugis, lalu Spanyol, kemudian Inggris, dan akhirnya Belanda. Kepulauan Nusantara telah menjadi bulan-bulanan dan rebutan dari bangsa-bangsa tersebut. Dari yang semuka hanya demi mendapatkan pasokan rempah, kemudian berubah menjadi niat untuk menjajah.
Mengapa barang seremeh sebiji pala dan sejumput lada bisa kemudian menjadi salah satu bahan yang turut menggerakkan sejarah dunia? Buku Sejarah Rempah karya Jack Turner (Komunitas Bambu, 2011) ini menjawabnya dengan sedemikian detail untuk pembaca.
Dengan runtut, dituliskannya berbagai peristiwa dalam sejarah yang berkaitan dengan rempah-rempah: betapa dulu lada sangat digemari di Prancis dan Inggris, betapa Cleopatra dan syekh-syekh di Arabia lama begitu tergantung pada cengkih dan pala untuk memanaskan rumah tangga mereka, juga tentang aroma rempah yang konon bisa menghalau udara jahat yang membawa penyakit (tentu saja kala itu virus penyakit belum ditemukan). Inilah yang membuat rempah-rempah sedemikian berharga sehingga kadang nilainya lebih tinggi dari emas.
Menyusul jatuhnya Konstantinopel ke tangan pasukan Turki, pasokan rempah ke Eropa semakin sedikit karena kota itu merupakan penghubung utama antara Barat dan Timur. Selama ini, pasokan rempah dari nusantara dan India datang ke Eropa lewat Jalur Sutra atau lewat Laut Merah sebelum kemudian singgah di Konstantinopel.
Jatuhnya benteng terakhir Bizantium itu menjadikan pasokan rempah ke Eropa semakin jarang, sehingga bisa ditebak. Efeknya, harganya langsung melonjak tajam. Padahal, rempah kala itu sangat disukai (bukannya dibutuhkan kalau kita baca bab terakhir buku ini) sebagai sesuatu yang mahal, bumbu penyedap bagi masakan Eropa yang hambar, bahkan untuk upacara keagamaan.
Inilah yang kemudian mendorong bangsa Eropa untuk mencari langsung rempah-rempah ke sumber aslinya, yakni ke Kepulauan Nusantara. Salah satu babakan sejarah yang mendorong datangnya abad penjelajahan samudra, penemuan benua Amerika,dan (sedihnya) era kolonialisme dan penjajahan.
Mungkin, kaitan antara rempah dan penjajahan sudah banyak disinggung di buku lain. Tapi di buku ini, isinya tidak hanya itu. Ada banyak sekali peristiwa sejarah yang mungkin kita tidak tahu, peristiwa-peristiwa kecil di sebuah biara terpencil di Prancis abad 10, atau di sebuah hutan Eropa ketika seorang Raja besar tewas karena salah mengonsumsi ikan.
KP XVI.000148 | 959 TUR S | Perpustakaan Komnas Perempuan (Komnas Perempuan) | Available |
KP XVI 0326 | 959 TUR S | Perpustakaan Komnas Perempuan (Perpustakaan Komnas Perempuan) | Available |
No other version available