Text
Jurnal perempuan 59 : Perempuan Dan Anak di Wilayah Tertinggal
Bagaimana nasib perempuan dan anak dibeberapa wilayah "tertinggal" di Indonesia? pertanyaan ini akan di isukan terjawab dalam jurnal perempuan edisi 59 ini. Fokus "tertinggal" dari sisi tertutupnya akses teknologi dan informasi saja, misalnya setelah listrik, telepon, air ledeng masuk ke wilayah itu, apakah wilayah itu sudah tidak disebut sebagai wilayah tertinggal lagi? kenyataannya cukup banyak daerah yang sebetulnya infrastruktur, sudah memadai, semua akses sudah terbuka, namun wilayah tersebut tetap saja miskin, wilayah miskin pun sangat rentan pada segala krisis yang terjadi. Bulan Maret 2008 yang lalu tim Yayasan Jurnal Perempuan melakukan perjalanan ke Kota Kupang untuk membuat film tentang trafiking. Di kota itu kami menemukan momen-momen penting, di antaranya ketika kami pergi ke sebuah dusun yang jaraknya 3 jam dari kota Kupang. Kami bertemu dengan keluarga dan masyarakat di sana, serta ikut serta dalam tradisi-tradisi yang mereka lakukan seharihari. Di dusun itulah kami bertemu seorang anak korban trafiking, ia dikirim menjadi TKW ke Malaysia pada usia yang masih di bawah umur yaitu 15 tahun. Tak hanya itu, bila melihat keadaan dusun tempat tinggalnya, kita menjadi tahu bahwa dusun tempat tinggal perempuan itu sangat jauh dari kehidupan kita sehari-hari yang mudah mendapatkan akses air minum, listrik, sandang dan pangan. Sebutlah dusun Oelbeba, Kupang, Nusa Tenggara Timur, dengan penduduk yang tinggal di rumah atap rumbai dan berlantaikan tanah,
KP.XVIII.000034 | KP XVIII JUR p | My Library | Available |
BK01883PerpusKP | INA.0.50 JUR j | My Library | Available |
No other version available