Text
Eksplorasi gender di ranah jurnalisme dan hiburan
eksistensi perempuan di dalam wacana ekonomi-politik di dunia komoditi sebagai"ilustrasi" di dalam berbagai acaran hiburan televisi-khususnya acara lawak dan musik,telah mengangkat kepermukaan setidaktidaknya tiga persoalan: pertama-persoalan ekonomi politik'tubuh',kedua-persoalan ekonomi politik 'tanda',ketiga-perosoalan ekonomi politik'hasrat'. mereka mungkin tidak mempunyai bargaining position, sehingga menerima semua peran dalam iklan atau sinetron yang ditawarkan. Keinginan mereka mencari nama, uang, memang sering menjadi alasan perempuan untuk melakukan itu. Dalam kasus seperti itu, yang disalahkan jangan hanya perempuan saja. Laki-laki juga harus dididik agar lebih sopan dan menghargai perempuan. Iklan misalnya adalah hasil kerjasama tim: ada model, sutradara, creative director, produser dan akhirnya client. Eksistensi perempuan di dalam wacana ekonomi – politik di dunia komoditi sebagai 'ilustrasi' di dalam berbagai acara hiburan televisi – khususnya acara lawak dan musik – telah mengangkat kepermukaan setidak-tidaknya tiga persoalan. Pertama, persoalan 'ekonomi-politik tubuh' (political-economy of the body). Kedua, persoalan 'ekonomi-politik tanda' (political-economy of the signs). Ketiga, persoalan 'ekonomi-politik hasrat' (political-economy of desire). Dunia jurnalistik dilihat sebagai representasi kultur patriarki bisa dijelaskan terutama dari “ruang geraknya”, yaitu pada wilayah publik (public sphere) yang dalam hal ini telah memunculkan dua mitos: (1) laki-laki sebagai pembuat peristiwa dan berita, (2) hanya laki-laki yang mampu mengantisipasi tantangan wilayah publik karena mereka memiliki keleluasaan dan kesempatan untuk bergerak. ..bahasa dan gender merupakan konstruksi kultural. Bahasa dan problem gender tidak bisa lagi disepikan dalam problem ilmiah sebagaimana berlangsung selama ini.
KP.II-00234 | KP.II SIR E | My Library | Available |
No other version available