Text
Media Meneropong Perempuan
Ditulis oleh seorang jurnalis di Surabaya, juga seorang perempuan yang dekat dengan kehidupan media. Diakui atau tidak, media massa hari ini turut membentuk cara masyarakat berpikir dan jika media memberitakan dengan cara yang salah, masyarakat akan menerimanya dengan cara yang salah juga. Kata Pengantar ditulis oleh Debra Yatim, seorang pengamat media yang mengungkapkan keprihatinannya terhadap media dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Buku kecil yang terdiri atas lima bab ini membahas secara singkat mengenai Representasi Perempuan dalam Media (Bab 1), Peran Perempuan sebagai Jurnalis (Bab 2), Tayangan Kekerasan di Televisi (Bab 3), Peran Media dalam Mengungkap Kasus Kekerasan terhadap Perempuan (Bab 4), dan Penulisan dan Penayangan tentang Figur Gay, Lesbian, dan Waria di Media Massa (Bab 5). Media yang membentuk karakter masyarakat atau masyarakat yang membentuk media? "Dalam ilmu komunikasi, ada yang namanya teori kultifasi bahwa seorang individu jika menonton sebuah tayangan televisi lebih dari porsi normal, maka ia cenderung lebih percaya dengan apa yang ditayangkan oleh televisi." (Halaman 29) Media dan perempuan sepertinya tak akan pernah dapat dipisahkan. Perempuan layaknya bumbu bagi media, media sendiri seakan tak mampu menunjukkan eksistensinya tanpa peran perempuan. Bumbu yang diberikan oleh makhluk berjenis kelamin perempuan adalah sensualitas. Sensualitas memang memiliki daya jual dan terbukti meningkatkan rating dan oplah media massa. Mengapa begitu? Ini berkaitan dengan ideologi dominan yang ada dalam masyarakat. Ideologi patriarki memposisikan perempuan sebagai objek sehingga digunakan untuk mengeruk keuntungan secara ekonomis. Tak mungkin perempuan bisa dieksploitasi secara seksual jika tidak ada ideologi yang brkembang di dalam masyarakat yang memberikan citra dan sudut pandang terhadap perempuan. Bagaimana dengan kesan sensualitas yang ditampilkan di majalah perempuan? Majalah perempuan merekonstruksi pemikiran perempuan dengan pemikiran yang sesuai dengan pengelola majalah. Majalah waralaba yang membawa pemikiran Barat pun masih berideologi patriarkis memposisikan perempuan sebagai pihak yang lemah. Majalah-majalah itu mendidik perempuan mulai dari tata rias, fashion, bahkan cara berpikir dan bertindak. Jadi, perempuan sebagai konsumen harus pandai memilah mana yang seharusnya diterapkan dan mana yang tidak sesuai dengan realitas. Media bukanlah refleksi yang memantulkan realita, melainkan sebuah representasi. Termasuk di dalamnya iklan yang seringkali memikat konsumen terutama perempuan. Iklan mempunyai fungsi informasi, persuasi, dan pengingat. Jadi, segmen iklan tak sebatas hanya secara demografis, tetapi juga psikografis. Dulu iklan mengatakan "Karena Anda perempuan, maka Anda harus memakai produk ini." Sekarang iklan mengatakan "Karena Anda perempuan modern, maka Anda harus memakai produk ini." (Halaman 12) Jadi, iklan juga berusaha mempengaruhi pikiran konsumen agar mau terlihat modern dan tidak ketinggalan zaman. Sehingga tak jarang perempuan dicap sebagai makhluk yang konsumtif. Tulisan yang disusun seperti tanya-jawab ini memberikan jawaban yang singkat dan mudah dicerna untuk memahami bagaimana seharusnya berita sensasional itu ditampilkan, seberapa besar peran perempuan dalam media dan apa pengaruh media terhadap perempuan. Termausk juga isu-isu sensistif seperti gender, waria, korban pemerkosaan, hingga kriminalitas.
KP.II.000177 | KP.II BAR m | My Library | Available |
KP II 0067 | 305.5 Bar M | Perpustakaan Komnas Perempuan (Perpustakaan Komnas Perempuan) | Available |
No other version available