Text
Potret kemiskinan perempuan
Buku ini memperlihatkan beberapa gambaran dari situasi kemiskinan yang dihadapai perempuan yang secara cukup rinci untuk dipaaprkan. Dan melalui buku ini diantarkan sebuah kenyataan bahwa sekalipun sudah dilahirkan berbagai landasan hukum untuk meningkatkan kesetaraan gender di Indonesia, masih saja persoalan kemiskinan yang berbasis gender belum dapat teratasi. Dalam isu gender dan kemiskinan, rumah tangga merupakan salah satu sumber diskriminasi dan subordinasi terhadap perempuan. Ketidaksetaraan di dalam alokasi sumberdaya dalam rumah tangga memperlihatkan laki-laki dan perempuan mengalami bentuk kemiskinan yang berbeda. Di ruang publik, kemiskinan perempuan selalu dikaitkan dengan tertutupnya ruang-ruang partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan yang sifatnya formal bagi perempuan. Bagi perempuan seringkali konsep ruang publik ini diartikan sebagai tempat kerja atau tempat berusaha daripada forum-forum di dalam komunitas. Keterlibatan dalam forum publik di dalam komunitas pun biasanya terbatas dan masih tidak terlepas dari peran domestiknya, seperti arisan, pengajian atau perkumpulan keagamaan, dan PKK. Persoalan lain yang dihadapi perempuan adalah pembangunan di segala bidang yang seringkali belum berpihak kepada perempuan. Programprogram pembangunan secara formal seringkali dikuasai laki-laki dan karena sumber daya yang penting dalam kehidupan selalu dikuasai oleh pihakpihak yang memiliki kekuatan sosial, ekonomi dan politik lebih kuat, maka Pengantar Penerbit VIII Potret Kemiskinan Perempuan adanya marginalisasi terhadap peran perempuan dalam pengambilan keputusan seringkali terabaikan. Hal ini terjadi karena perempuan seringkali tidak dilibatkan dalam proses-proses pengambilan keputusan yang bersifat formal. Seringkali banyak pihak sudah cukup berbesar hati bahwa perempuan Indonesia kini sudah berpartisipasi dalam lingkup publik. Namun, tingginya partisipasi perempuan, misalnya, dalam kerja publik ternyata belum menjamin terpenuhinya hak-hak pekerja perempuan. Mereka, para pekerja perempuan itu, masih menerima perlakuan yang diskriminatif di tempat kerjanya. Upah yang mereka terima cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pekerja laki-laki. Tunjangan-tunjangan yang diterima oleh pekerja laki-laki belum tentu juga diterima oleh pekerja perempuan, sekalipun untuk jenis pekerjaan yang sama
KP.II-00103 | KP.II DIA P | My Library | Available |
No other version available