Text
Membela perempuan: menakar feminisme dengan nalar agama
Benarkah perempuan hanyalah subordinat, ataukah ia manifestasi cinta kasih Tuhan? Apakah keperempuanan dan kelelakian mengacu pada organ dan raga (baca kelamin)? Benarkah feminisme adalah sebuah kemubaziran dan fenomena ‘latah’ semata? Ataukah Islam terkesan ‘maskulin’ , sehingga feminisme diperlukan untuk menggusur ‘rezim teks yang sewenang-wenang. Benarkah perempuan hanyalah subordinat, ataukah ia manifestasi cinta kasih Tuhan? Apakah keperempuanan dan kelelakian mengacu pada organ dan raga (baca kelamin)? Benarkah feminisme adalah sebuah kemubaziran dan fenomena ‘latah’ semata? Ataukah Islam terkesan ‘maskulin’ , sehingga feminisme diperlukan untuk menggusur ‘rezim teks yang sewenang-wenang. Makalah Ameli ini menguji harapan-harapan feminis terhadap perempuan muslim berdasarkan beragam perspektif feminism. Dia melakukan klasifikasi kelompok-kelompok femisnisme dalam lima kategori. Pertama Feminisme Amazon yang berkonsentrasi pada “Kesataraan Gender Secara Fisik”. Kedua, Feminisme Anarki yang berupaya mencari suatu fragmentasi dari semua norma, nilai, dan kebiasaan yang berkaitan dengan perempuan. Keriga, Feminisme Liberal, yang dapat dimanifestasikan dalam sebuah variasi feminism yang bekerja dalam struktur arus utama (mainstream) suatu masyarakat untuk mengintegrasikan perempuan ke dalam sturktur tersebut.
Keempat, feminisme Marxis atau sosialis, yang menyadari bahwa perempuan tertindas dan menuding system kepemilikan kapitalis/swasta sebagai pelakunya. Dengan demikian ia berkeras menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri penindasan tersebut adalah dengan meruntuhkan system kapitalis. Kelima, Feminisme Material, yakni sebuah gerakan bagi revitalisasi hak-hak perempuan dan berpandangan bahwa situasi dan kondisi sosial, kultural, dan politik telah menciptakan perbedaan-perbedaan dalam persepsi perempuan muslim dalam masyarakat. Dalam makalah ini ararki menjelaskan status kaum perempuan dalam islam, dalam terminology prinsip-prinsip berikut: (1) laki-laki dan perempuan setara dihadapan Tuhan. Keduanya memiliki kesetaraan potensi untuk mencapai kesempurnaan. (2) laki-laki dan perempuan memiliki hak dan kewajiban yang setara dalam memanfaatkan alam. (3) laki-laki dan perempuan memiliki posisi sederajat dalam masyarakat. (4) bahwa terdapat “kesatuan dalam perbedaan”. (5) alam semesta diciptakan dalam sebuah bentuk tempat segala sesuatu berjalin-kelindan. Segala sesuatu membutuhkan yang lain agar dapat terintegrasi dan sempurna. Perempuan eksis untuk menyempurakan pria, dan sebaliknya, pria eksis untuk menyempurnakan perempuan. Makalah ini menawarkan secara ringkas sebuah implementasi tajam dari pendekatan mistisisme Islam yang berurusan dengan isu-isu yang berkaitan dengan gender. Dengan demikian ia menyajikan model-model presentasi qurani yang amat bermafaat dengan sebuah komparasi di antara contoh-contoh perempuan yang shaleh dan salah.
C. Status dan Komplementaritas dua gender
Al-Hakim menyatakan bahwa relasi di antara pria dan wanita dalam terminology posisi, peran dan antarrelasi mereka, telah menjadi topik kontroversial sepanjang sejarah. Penulis menekankan bahwa para filosof muslim memandang perempuan dan pria secara superfasial tidaklah dapat dengan mudah dipersamakan satu sama lain. Mereka berpendapat bahwa jiwa tidaklah mengenal perbedaan seksual. Seandainya tubuh material mereka dibuang dari pikiran, lanjut pendapat ini, kita akan menemukan bahwa pria dan perempuan sebenarnya identic. Bahkan, dengan mengatakan bahwa dikarenakan status fisik orisinalnya bersifat netral-gender, maka tubuh keduanya juga pada dasarnya identic. Adalah tindakan-tindakan kemanusiaan itu sendiri yang membagi mereka dalam dua gender. Dengan demikian, gender lebih merupakan produksi (atau kontruksi) manusia daripada pembedaan ilahiah.
KP.II-00089 | KP.II ALI M | My Library | Available |
No other version available