Text
Citra kaum perempuan di Hindia Belanda
Perubahan-perubahan besar terjadi dalam masyarakat kolonial di Hindia Belanda di sekitar 1900-an. Jumlah orang Eropa di Hindia meningkat dan, secara bebarengan, pendidikan Barat untuk rakyat Indonesia telah menumbuhkan kesadaran politik mereka. Orang-orang Indo dan Cina didesak untuk menempati posisi-posisi yang lebih sempit. Dalam masyarakat majemuk ini terjadi tegangan antara warga pelbagai kelompok yang berbeda. Tineke Hellwig mengajak pembaca untuk meneropong peranan yang dimainkan perempuan di tengah kancah perubahan sosial ini. Dengan menelaah sejumlah karya sastra yang melukiskan kehidupan kolonial di Hindia, ia menguak pelbagai ketimpangan yang terdapat dalam era yang telah lalu itu. Buku tentang kajian citra perempuan di zaman Hindia Belanda. Ada dua kesimpulan ketidaksetaraan yang dipaparkan Tineke Hellwig, yaitu ketidaksetaraan yang menimpa perempuan Inlander ataupun perempuan Indo, serta ketidaksetaraan gender yang menimpa perempuan kulit putih (bangsa Belanda asli). Di buku ini terpaparkan cerita tentang pergundikkan, atau bahasa sekarang dikenal pelacuran dan prostitusi adalah sebuah kelumrahan pada zaman Belanda. Lumrah dalam artian Nyai adalah perempuan pribumi kelas dua yang dipergunakan hanya sebagai pemuas kebutuhan hasrat seksual laki-laki Belanda. Uniknya, hampir pada semua karya sastra Belanda dan Melayu, baik ditulis oleh penulis Belanda ataupun penulis Tionghoa sama-sama selalu menjadikan masalah 'Nyai' sebagai salah satu tokoh dalam relasi sebab-akibat.
KP.II.000555 | KP.II HEL c | My Library | Available |
KP.II.000355-01 | KP.II HEL c | My Library | Available |
No other version available