Text
Gamang lembaga Pendidikan Islam Menghadapi Perubahan Sosial
“Secara keseluruhan, kumpulan tulisan dalam buku ini menggambarkan bagaimana para pengajar dan staf lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat dari beberapa perguruan tinggi Islam itu, mencoba menjawab gugatan lama tentang keberadaan dan keberpihakan mereka. Enam tulisan pada bagian pertama memperlihatkan bagaimana mereka berusaha keras memahami masalah-masalah masyarakat dimana mereka melakukan PAR (Participatory Action Research). Pilihan tema-tema pokoknya menunjukkan bahwa mereka tidak lagi terpaku pada cara-pandang lama yang selalu melihat masalah utama umat adalah kerusakan moral, ketidaksusilaan, ketidaksalehan, ketidaktaatan menjalankan ritus atau liturgi keagamaan. Bersama warga masyarakat setempat, mereka menggali dan menemukan tema-tema yang sangat duniawi (profane), persoalan aktual hidup keseharian yang memang sangat dirasakan oleh warga disana. Cara mereka mengungkapkan masalah-masalah sosial itu juga tidak lagi ‘menghakimi para korban’, tetapi lebih mencoba memahami dengan empati mengapa warga masyarakat disana mengalami semua ketidakberuntungan tersebut. Tak pelak, mereka pun tegas-tegas bersikap memihak kepada para wong cilik itu. Pemihakan inilah yang penting dicatat, karena justru sikap semacam itu yang selama ini selalu dihindari oleh banyak lembaga-lembaga agama dan para tokoh pemuka atau pemimpinnya, tentu saja, ‘atas nama umat’. Terutama selama lebih tiga dasawarsa (1966-1998) masa pemerintahan Orde Baru yang sangat represif, lembaga-lembaga agama seperti ‘kehilangan nyali’ dan lupa pada salah satu misi utamanya sebagai ‘pewarta keadilan’, al-dien al-adala, ‘berkah kehidupan dan kemanusiaan’, rahmat lil alamin. Hal yang paling penting sebenarnya adalah ‘ada atau tidaknya keinginan untuk berubah dan bertindak’, melepaskan diri dari kungkungan ketakutan dan prasangka. Dan, semua itu sangat ditentukan oleh ada atau tidaknya ‘pemahaman lebih mendasar dan mendalam akan konteks ajaran’, bukan sekadar ‘hafalan teks ajaran’ itu sendiri.Ya, lembaga-lembaga pendidikan Islam di negeri ini masih perlu belajar banyak dan terus-menerus untuk mengembangkan metodologi kontekstualisasi nya sendiri, tanpa rasa gamang
KP XV.000116 | KP XV MAH g | My Library | Available |
KP.000116-01 | KP XV MUH g | My Library | Available |
No other version available