Text
Membincang feminisme : diskursus gender perspektif Islam
Gerakan Feminisme kontemporer dewasa ini telah terpecah-pecah dalam dataran ideologis,kultural dan keagamaan,yang diterima dengan sikap pro dan kontra,badi perspektif transformasi baru dunia perempuan. buku ini mencoba mendiskusikan masalah gender dalam berbagai sudut pandang. Dalam studinya terhadap apa yang disebut sebagai “hadist misogami” Fatima Mernissi menguhujat sahabat Rosulullah saw. Yang paling banyak meriwayatkan hadist, yaitu Abu Hurairah r.a. dalam kajiannya Fatima Mernissi menyebutkan “Bukankah suatu usaha yang sia-sia untuk menggali kepribadian Abu Hurairah, perawi hadistyang begitu menjenuhkan tentang kehidupan sehari-hari perempuan Muslim moderen” (hlm. 100). Fatima Mernissi juga menulis demikian “Sebaiknya dengan sunguh-sunguh kita teliti kepribadian Abu Hurairah , tanpa pretensi memainkan peran sebagai spikoanalisis, dapat saya nyatakan bahwa sikap ambivalen Abu Hurairah terhadap wanita terselubung dalam kisah sangat singkat mengenai namanya. Fatima Mernissi mengkritik Abu Hurairah dengan menyebutnya demikian “dan satu-satunya sudut pandang mengenai soal (wanita sebagai pembatal shalat) ini hanyalah riwayat Abu Hurairah.” Tapi dalam kitab Abu Hurairah min Khilali Marwiyatihi (hlm. 131-133), Prof. Dr. Musthafa al-A’dhamy, seorang pakar kontemporer tentang studi hadis, menyebutkan berbagai sahabat selain Abu Hurairah yang meriwatkan hadist tersebut, yaitu:
1) Abu Dzar r.a, hadistnya diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan lain-lain. 2) Ibnu Abbas r.a, hadistnya diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad. Fatima Mernissi juga menulis kritik kepada hadis riwayat Bukhari mengenai hadist “Ada tiga hal yang membawa bencana; rumah, wanita,kuda.” Bukhari sama sekali tidak memasukkan versi lain dari hadist ini. Tetapi dengan mencermati latar belakang biografinya serta metode dan hasil kajiannya, akan mudah disimpulkan bahwa sesungguhnhya permasalahannya tidaklah terletak pada hadist Abu Hurairah maupun Imam Bukhari denagan kitab Shahih nya. Semua terbukti baik-baik saja, tidak ada bukti adanya Hadist misogini sebagaimana ditulis oleh Fatimah Mernissi. Yang jadi masalah sesungguhnya bukanlah hadist Rasulullah saw. riwayat Abu Hurairah atau Bukhari, melainnkan prasangka-prasangka, asumsi, kesalahan informasi serta frame berpikir Fatima Mernissi sendiri. Perempuan dalam islam memang memiliki risalah, kedudukan terhormat,yang perlu dilanjutkan dan diperjuangkan, untuk semakin merealisasikan ajaran islam yang “rahmatan lil ‘alamin”, antara lain untuk kaum laki-laki dan kaum perempuan.
KP.II-00092 | INA.VII.03 FAK m | My Library | Available |
No other version available