Text
Televisi, kekerasan & perempuan
buku ini dengan gamblang menunjukan muara dan macam kekerasan yang menimpa tokoh wanita dalam film animasi anak-anak.
Dengan menggunakan teori strukturasi jender,dijelaskan bagaiman proses naturalisasi kekerasan terjadi,melalui teks film anak anak. Penggunaan teori di dalam sebuah kerangka berpikir dan analisa ilmiah harus ada bagi setiap peneliti ilmu-ilmu sosial. Teori dan atau konsep bekanlah bersifat kaku dan tetap. Dalam diskursus akademik senantiasa ada perubahan dan perkembangan dinamika masyarakat. Penelitihan yang bermakna itu yang turut memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan. Terutama ada terobosan baru bagi perkembangan teori dan atau konsep yang relevan. Buku ini adalah terobosan dari penelitian Dr. Sunarto. Wanita oleh media massa, baik melalui iklan atau berita digambarkan dirumah, berperan sebagai ibu rumah tangga dan pengasuh, tergantung pada pria, tidak mampu membuat keputusan penting, menjalani profesi terbatas, serta menjalankan fungsi sebagai pengkonsumsi barabg atau jasa dan sebagai alat pembujuk. Selain itu, eksistensi wanita tidak terwakili secara proporsional di media massa dan berita. Terjadi tindak kekerasan terhadap wanita di acara TV khusunya acara anak-anak. Parah lagi belum banyak diketahui oleh masyarakat umum. Anak menonton TV rata 35 jam seminggu (Gunarto, 2004). Anak meluangkan banyak waktu untuk menonton TV daripada untuk kegiatan apapun lainnya, kecuali tidur. Sebagai entitas ekonomi, televisi merupakan sumber profit bagi kapital pemiliknya. Sebagai entitas politik, TV untuk negosiasi berbagai kepentingan melalui penciptaan pendapat umum. Sebagai entitas kultural, TV untuk berekspresi identitas dan kontruksi realitas sosial tertentu. Dengan itu semua pendekata strukturalisme lebih dominan untuk melihat kekerasan terhadap peremuan di TV. Sasaran tembak diarahkan pada struktur patriarkistik dan kapitalistik. Keberadaan individu-individu di masyarakat maupun industri TV hanya sebagai zombie-zombie yang tak berjiwa. Karena jejak langkahnya dikendalikan oleh struktur kapitalisme. Pemikiran strukturalis semacam itu sangat mengerdilkan arti penting keberadaan individu dalam praktik sosial keseharian. Mereka bebas melakukan tindakan-tindakan tertentu. Bahkan peran individu sangat besar untuk menentukan keberadaan struktur melalui kesadaran subjektif dan intersubjektif dalam praktik sosial. Program TV berisi kekerasan terhadap wanita hadir melalui proses interaksi antara agen penanggung jawab program dengan struktur ekonomi dan sosial industri televisi itu sendiri. Apabila mereka mengerti tentang kesadaran jender, akan mengelemenasi kekerasan terhadap perempuan di TV. Struktur sudah dijenderkan. Kekerasan dalam film anak. Doraemon Bercerita tentan kucing robot masa depan (abad 22), Doraemon ditugasi oleh pemiliknya (Sewashi) untuk membantu leluhurnya Nobita Nobi. Nobita itu siswa kelas 4, sifatnya pemalas, berkaca minus, ceroboh, suka bermain-main, sering sial, tidak beruntung, sering menjadi objek kenakan tema-teman sepermainannya. Gian dan Suneo, mereka itu teman Nobita. Shizuka juga teman Nobita, dimasa depan dia akan menjadi istri Nobita. Nobita anak tunggal dari pasangan Nobisuke Nobi (bekerja di sebuah perusahaan) dan Tamako Nobi (ibu Rumah Tangga). Tugas Doraemon itu membantu Nobita untuk mengatasi kebodohan dan kemalasan denga kantong ajaib Doraemon. Dalam berbagai cerita, waktu siang sering dimunculkan. Ini artinya identik suami bekerja di luar rumah. Ini digambarka ayah Nobita tidak ada dirumah saat siang hari. Ibu Nobita sibuk dengan pekerjaan di rumah. Pembagian pekerjaan secara seksual memberika keestimewaan pada kaum pria sebagai pencari nafkah keluarga, dibanding kaum wanita yang bekerja di rumah. Dominasi muncul oleh kaum pria. Gambaran ayah Nobita itu Prototipe pria berkuasa (patriarki) yang kehemdaknya di rumah harus dipatuhi. Kebutuhan relaksasi setelah bekerja menjadika anggota keluarga berfungsi sebagai pelayan kebutuhan relasasi tersebut. Seperti kesibukan anggota keluarga membantu ayah Nobita. Dia kesulita tidur karena memikirkan masalah kerja. Kegagalan anggota keluarga untuk menciptakan kondisi nyaman sangat berpengaruh terhadap kehidupan keluarga kedepan. Kekerasan dalam dunia anak-anak perempuan di Doraemaon adalanh menampilkan kesan seolah-olah dunia ini penuh dengan anak laki-laki. Hobi Shizuka adalah mandi dan membuat kue. Ini makin menunjukkan kekerasan strukural pencerita. Apakah semua anak perembuan terobsesi dengan kebersiha diri sehingga belama-lama di kamar mandi? Apakah kegiatan yang menarik hanya membuat kue? Memang betul kalau Shizuka les piano, tapi itu karena perintah ibunya. Ini berbanding terbalik dengan Nobita. Dia lebih suka mengikuti kemauan sendiri; daripada belajar lebiha baik bermalas-malasan dan bermai
KP.II-00132-2 | KP,II SUN T | My Library | Available |
KP.II-00132-1 | KP,II SUN T | My Library | Available |
No other version available